Rabu, 15 Mei 2013

tugas semantik



1.      MAKNA KIAS DAN MAKNA LUGAS
Makna kiasan adalah pemakaian leksem dengan makna yang tidak sebenarnya (Kridalaksana; 1982: 103): Misalnya kalau ada orang Gorontalo yang hendak meminang seseorang gadis, digunakan leksem-leksem seperti, burung, emas, bunga, intan, perak, untuk mengganti leksem /gadis/. Dalam hubungan ini leksem-leksem / bunga, burung, emas, intan, perak/ tidak digunakan dalam arti sebenarnya tetapi dalam makna kiasan. Leksem /emas, intan/ dihubungkan dengan makna gadis turunan bangsawan atau pejabat, sedangkan leksem /bunga, burung/ dihubungkan dengan makna gadis dari anak rakyat biasa. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.(Abdul chaer,2009:77). Secara tradisional, misalnya dalam wawasan Aristoteles, bahasa kias diartikan sebagai penggantian kata yang satu dengan kata yang lain berdasarkan perban-dingan ataupun analogi semantis yang umum dengan yang khusus ataupun yang khusus dengan yang khusus. Perbandingan atau analogi tersebut berlaku secara proporsional, dalam arti perbandingan itu memperhatikan potensialitas kata-kata yang dipindahkan dalam meng-gambarkan citraan maupun gagasan baru.  Pada bentuk bahasa kias Aku ini binatang jalang, misalnya, terdapat dua hal yang diperbandingkan, yakni “aku” dan “binatang jalang”. Pada perbandingan tersebut dapat ditemukan persamaan ciri semantis antara “aku” dan “binatang jalang”. Pada perbandingan ciri semantis yang umum, “aku” memiliki ciri semantis sebagai ‘makhluk’, demikian juga “binatang”. “Aku” mempunyai ciri semantis bernyawa, begitu juga “binatang”. Pada sisi lain, perbandingan itu juga merujuk pada ciri semantis yang khusus dengan yang khusus. “Aku” sebagai makhluk ‘berkesadaran’ sebagai ciri khusus manusia diperbandingkan dengan “binatang” yang secara khusus diberi ciri ‘jalang’. Perbandingan sebagai salah satu ciri umum dari bahasa kias antara lain dapat berbentuk metonimi, sinekdok, simile, ironis, dan metafora. Bahasa kias, menurut Aminuddin (1995:234), umumnya terkait dengan (1) perbandingan atau penghu-bungan ciri dunia acuan berdasarkan tanggapan terhadap pengamatan realitas secara natural; (2) kesejajaran, hubungan secara tetap, maupun percampuran ciri dunia acuan secara tetap; (3) penggarapan medan ciri semantis kata-kata yang pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari persepsi terhadap objek yang diacu kata-kata tersebut; dan (4) dunia pengalaman maupun konteks sosial budaya pembentuknya. Sebagai fakta penggunaan bahasa, bahasa kias tidak terwujud dalam bentuk siap pakai melainkan terbentuk melalui proses kreatif pemakainya. Proses kreatif tersebut secara esensial terkait dengan kreasi dalam membentuk gagasan, menghubungkan gagasan dengan kata-kata dan kongkretum yang dicitrakannya maupun potensi citraan itu dalam menuansakan pengertian-pengertian tertentu. Berbeda dengan penggunaan bahasa kias dalam komunikasi sehari-hari yang sudah menjadi milik umum, bahasa kias dalam wacana puisi merupakan bahasa kias yang bersifat personal. Meskipun bersifat personal, penelusuran pemahaman bahasa kias dalam wacana puisi pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan penelusuran pema-haman bahasa kias yang umum. Hal itu disebabkan oleh karena bahasa kias dalam wacana puisi tentu merupakan kreasi batiniah penyair yang berhubungan dengan penuansaan gagasan, pencitraan, pengalaman kultural, dan konteks kewacanaannya.
Lugas berarti bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimatnya hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan maksud penulis. Setiap pilihan kata diberi bobot makna yang sewajarnya sehingga tidak perlu diulang dengan berbagai sinonim (padanan) atau paralelisme (kesejajaran). Makna lugas adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif. makna ini  makna yang acuannya sesuai dengan makna kata yang bersangkutan (makna sebenarnya)
Contoh :
- Olahragawan itu senang memelihara codot hitam
- Pak Kimung minum teh sisri di pematang sawah
Jadi, makna kata atau kelompok kata yang menyatakan makna yang sebenarnya.

Rabu, 03 April 2013

makna meluas dan makna menyempit



A.    MAKNA MELUAS
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain (Chaer, 2009:140). Kemudian, menurut Tarigan (2009: 79), generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Sedangkan menurut Sudaryat (2009:51), generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna yang khusus (sempit) menjadi makna yang luas (umum).
Berdasarkan pengamatan, meluasnya komponen makna sebuah kata dapat pula disebabkan oleh rendahnya frekuensi penggunaan sebuah kata. Makna kata yang jarang digunakan ini kemudian dipindahkan kepada bentuk imbangannya yang frekuensi pemakaiannya lebih tinggi. Misalnya, kata mahasiswa dan kata siswa dalam pemakaian bahasa Indonesia sekarang ini tidak hanya mengacu kepada “mahasiswa atau pelajar” yang berjenis kelamin pria, tetapi juga pelajar yang berjenis kelamin wanita, sehubungan dengan semakin rendahnya frekuensi pemakaian kata mahasiswa dan siswi.
Contoh lain perluasan makna adalah kakak, ibu, adik, dan bapak.
Kakak yang sebenarnya bermakna saudara sekandung yang lebih tua, meluas maknanya menjadi siapa saja yang pantas dianggap atau disebut sebagai saudara sekandung yang lebih tua. Begitu pula dengan adik yang bermakna sebenarnya adalah saudara sekandung yang lebih muda, meluas menjadi siapa saja yang pantas dianggap atau disebut sebagai saudara sekandung yang lebih muda. Sedangkan menurut Sudaryat (2009:51), generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna yang khusus (sempit) menjadi makna yang luas (umum). contoh kata yang mengalami generalisasi adalah istilah kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak dan lain-lain. Misalnya kata kakak yang pada awalnya memiliki arti sebagai saudara sekandung yang lebih tua menjadi luas maknanya menjadi siapa saja yang pantas dianggap sebagai saudara yang lebih tua.
            Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).
B, MAKNA MENYEMPIT
Menurut Chaer (2009:142), yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Selanjutnya, menurut Tarigan (2009:81), proses spesialisasi atau pengkhususan penyempitan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya. Sedangkan, menurut Sudaryat (2009:52), spesifikasi atau penyempitan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna yang baik (tinggi) menjadi makna yang khusus (sempit).
Sebagai contoh kata motor di dalam bahasa aslinya menunjukkan pada semua alat penggerak. Di dalam bahasa Indonesia, kata ini kemudian mengalami penyempitan makna, yakni sepeda motor. Selanjutnya kata kitab yang berasal dari bahasa arab semula bermakna semua jenis buku. Pada saat sekarang ini, kata kitab hanya digunakan untuk menunjuk buku-buku suci atau buku-buku keagamaan. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan, kemudian hanya berarti orang yang lulus dari perguruan tinggi, seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana hukum. Selanjutnya, menurut Tarigan (2009:81), proses spesialisasi atau pengkhususan penyempitan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.



DAFTAR PUSTAKA
Darmawati, Sri. 2008. Perubahan Makna dalam Bahasa Indonesia. http://www.tungara47.co.cc/ diunduh 8 Juni 2009.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Mansoer, Pateda. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung: CV. Yrama Widya.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

Rabu, 13 Maret 2013

PENGAJARAN MAKNA OLEH SRIWAHYUNI D


Pengajaran Makna pada SMA
Beberapa jenis perubahan makna:
  • Perluasan makna atau generalisasi
  • Penyempitan makna atau spesialisasi
  • Perubahan secara total
  • Ameliorasi
  • Peyorasi
  • Sinestesia
  • Asosiasi
Perluasan makna kata adalah gejala pada kata yang pada awalnya hanya punya satu makna menjadi memiliki beberapa makna yang lain. Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain (Chaer, 2009:140). Kemudian, menurut Tarigan (2009: 79), generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus kepada yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit kepada yang lebih luas. Sedangkan menurut Sudaryat (2009:51), generalisasi atau perluasan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna yang khusus (sempit) menjadi makna yang luas (umum). contoh kata yang mengalami generalisasi adalah istilah kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak dan lain-lain. Misalnya kata kakak yang pada awalnya memiliki arti sebagai saudara sekandung yang lebih tua menjadi luas maknanya menjadi siapa saja yang pantas dianggap sebagai saudara yang lebih tua.
Makna menyempit adalah kata yang dahulu memiliki arti yang luas dalam perkembangannya memperoleh arti yang sempit. Menurut Chaer (2009:142), yang dimaksud dengan perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Selanjutnya, menurut Tarigan (2009:81), proses spesialisasi atau pengkhususan penyempitan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya. Sedangkan, menurut Sudaryat (2009:52), spesifikasi atau penyempitan makna adalah proses perubahan makna kata dari makna yang baik (tinggi) menjadi makna yang khusus (sempit). kata sarjana yang dahulu merupakan orang-orang pandai yang berilmu tinggi. Saat ini makna kata sarjana berubah menjadi lulusan jenjang pendidikan S1 pada disiplin ilmu tertentu saja.
                                                                                          Sri Wahyuni.D. (106211278)